Hidup
Sehat dengan Shalat
Di dalam Islam terkandung
nilai-nilai syariat yang begitu indah dan berkeadilan. Setiap diri — baik
Muslim maupun non Muslim — tidak dirugikan sedikit pun oleh Islam. Hukum,
aturan, nilai, dan etika dalam syariat Islam adalah paling sempurna. Setiap
bagian dari ajaran Islam mengandung hikmah. Di balik hukum-hukum dan kewajiban
syariat yang telah ditetapkan Allah SWT, terkandung rahasia-rahasia yang
mendalam dan hikmah-hikmah yang menakjubkan. Akal manusia terlalu pendek
untuk menyelami segala rahasia dan hikmah itu. Syariat ini diturunkan
kepada manusia melalui Nabi dan Rasul, tidak lain adalah demi kebaikan dan
kemaslahatan manusia itu sendiri, baik duniawi maupun ukhrawi.
Tak
terkecuali shalat, dari kalimat yang kita dengar sehari lima kali, “Hayya
‘alas shalah, hayya ‘alal falah,” (Marilah melakukan shalat, marilah menuju
kebahagiaan) jelas tersurat bahwa dengan menegakkan shalat, manusia akan
menemukan kebahagiaan. Allah menyatakan,
“Sungguh
berbahagialah orang-orang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam
shalatnya“.
Dari
penjelasan ini nyata bahwa shalat yang khusyuk akan mengantarkan seorang hamba
Allah kepada kebahagian sejati. Kebahagiaan itu berupa kenikmatan abadi yang
akan dikaruniakan Allah di akhirat kelak. Di dunia, orang yang shalatnya
khusyuk akan merasakan kebahagiaan dan ketentraman hati.
Ibadah
shalat merupakan bentuk dzikir yang paling luhur, perilaku taat yang paling
utama sebagai refleksi dari puncak kepatuhan dan penghambaan diri. Di dalamnya,
terwujud kebesaran Sang Pencipta dan kenistaan makhluk. Dari itu, shalat
menempati posisi kedua dalam rukun Islam setelah mengucapkan kalimat syahadat.
Bagi
para shalihin, bertemu Allah lewat shalat adalah saat yang paling dinantikan,
karena pada waktu itulah ia bisa mencurahkan semua isi hati dan bermi’raj menuju
Allah. Sesuai sabda Nabi SAW,
الصَّلاَةُ مِعْرَاجُ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Ibadah
shalat adalah mi’raj bagi orang mukmin”
Seorang
muslim yang sadar bahwa dirinya adalah hamba Allah, akan menandai terbit fajar
sebagai awal pergantian malam dan siang dengan menghadap Allah melalui shalat
Subuh. Ia membuka rutinitas kesehariannya, mensyukuri keselamatan yang
dianugerahkan ketika ia bangun dari tempat tidurnya untuk kemudian bekerja
keras dan mencari rejeki Allah.
Matahari
bergeser dari atas ubun-ubun, otak dan hati i disejukkan kembali dengan bertemu
Allah dalam shalat Dhuhur. Ketika matahari condong ke arah barat, sebagian
manusia istirahat dan melepas lelah, ada pertemuan lagi dengan Allah dalam
shalat Ashar, demi mensyukuri nikmat atas petunjuk Allah dalam setiap usahanya.
Matahari terbenam dan siang telah berganti malam, stamina tubuh yang mulai
bugar diajak bersujud kepada Allah dengan shalat Maghrib. Saat bintang-bintang
bertaburan memenuhi langit yang hitam kelam, dan manusia hendak menikmati
istirahat malam, ia menghadap dulu kepada Al-Khaliq sambil bersyukur
dalam shalat Isya’.
Begitulah
perjalanan hidup seorang mukmin, hari demi hari ditandai dengan menghadap
Allah, menjadikan hidup penuh arti. Karena setiap pertemuan dengan Allah di
dalam shalat akan mempunyai nilai tak terduga dan rahasia tersendiri.
Selanjutnya, ia akan kembali lagi ke alam realitas untuk mengaplikasikan
nilai-nilai yang didapat dari shalatnya. Inilah makna sesungguhnya dari shalat.
Shalat
adalah tolok ukur kedudukan seseorang dalam Islam. Sesungguhnya setiap
orang yang menganggap ringan dan meremehkan shalat, maka pasti ia juga
menganggap ringan dan meremehkan dinul Islam, Bila ingin mengetahui
kadar perhatian Anda terhadap Islam, maka periksalah perhatian Anda terhadap
shalat, sebab kadar keislaman di hati Anda adalah seukuran kadar shalatnya.
Bila Anda ingin mengukur keimanan seseorang, maka lihatlah seberapa besar ia
mengagungkan shalat.
RAHASIA
dan HIKMAH
Latar
belakang disyari’atkannya shalat di satu sisi sebagai pembuktian ketundukan dan
penghambaan diri terhadap Allah dan di sisi lain sebagai bentuk syukur terhadap
nikmat dari Yang Maha Besar, diantaranya adalah, nikmat penciptaan makhluk;
Allah telah menjadikan manusia dengan bentuk yang paling sempurna, hingga tak
seorang pun berharap diciptakan dengan selain bentuk ini. Allah berfirman,
“Sungguh
kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik”.
Begitu pula nikmat sehat, karena dengan kesehatan anggota
badan, seseorang mampu berbuat banyak kebajikan. Termasuk di dalamnya nikmat
pemberian sendi-sendi yang elastis dalam anatomi tubuh yang sempurna sehingga
dapat difungsikan dalam kondisi apapun. Allah kemudian memerintahkan kita untuk
menggunakan nikmat-nikmat itu dalam kepatuhan. Dalam shalat, kita padukan
angggota badan, lisan, hati serta jiwa untuk berlutut dan memuja kepada-Nya,
agar semua anggota dapat mensyukuri nikmat-nikmat yang ada.
Diantara hikmah yang terkandung
dalam shalat adalah disiplin waktu, orang yang shalat tepat pada waktunya dapat
dilihat dari sikapnya yang efektif menggunakan waktu. Ia tidak membiarkan
nikmat yang mahal harganya ini berlalu sia-sia.
Pelajaran berikutnya dari shalat
adalah kebersihan. Shalat tidak sah dilakukan apabila tidak diawali dengan
bersuci. Hikmahnya, orang yang shalatnya khusyu’ akan cinta dengan hidup
bersih, dan akan selalu berpikir bagaimana lahir batinnya bisa selalu bersih.
Termasuk rukun shalat adalah niat. Seorang yang shalatnya khusyu’ akan selalu
menjaga niat dalam setiap perbuatan yang dilakukannya. Ia tidak mau bertindak
sebelum yakin niatnya lurus karena Allah. Shalat juga memiliki rukun yang
tertib urutannya. Jadi, hikmah yang bisa diraih adalah cinta keteraturan.
Shalat mengajarkan agar seorang mukmin senantiasa tertib, teratur, dan
prosedural dalam hidupnya. Selain itu, shalat melatih kita untuk
tawadhu’, ketika sujud, kepala dan kaki sama derajatnya. Bahkan
dalam shalat setiap orang sama derajatnya. Setidaknya hal itu bermakna, dalam
hidup kita harus tawadhu’, sebab kemuliaan hakiki hanya pantas dimiliki Allah
SWT.
Shalat ditutup dengan salam, yang
merupakan sebuah doa agar orang di sekitar kita diberi keselamatan dan
keberkatan dari Allah. Ucapan salam ini sekaligus ‘garansi’ bahwa diri kita
tidak akan pernah berbuat dzalim pada orang lain.
Dalam hadits Nabi SAW menegaskan,
اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ اْلمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ
وَيَدِهِ
“Seorang Muslim adalah dia yang
orang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.”
Hikmah lain di balik sejumlah
kewajiban shalat sehari semalam adalah agar selalu berlangsung hubungan
(munajat) antara hamba dan Tuhannya dalam ketaatan yang kontinyu,
sehingga dia selalu sadar berada dalam pengawasan-Nya dan selalu takut
kepada-Nya. Bila seorang hamba menghadap Tuhannya sehari lima kali, selalu
ingat pada-Nya setiap saat, menyadari bahwa AlIah Yang Maha Tahu mendeteksi
semua rahasia dan mengetahui bahwa Allah akan menghitung semua amal, baik yang
kecil maupun yang besar, maka jelas hal itu akan mengantarkan seorang hamba
untuk melaksanakan hak-hak agama, senantiasa takut kepada Allah dan
berharap untuk meraih pahala. Sehingga bila terjebak dalam perbuatan dosa, maka
ia cepat-cepat bertaubat memohon pengampunan dari-Nya.
Disamping hal-hal di atas, shalat
juga membina rasa persatuan dan persaudaraan diantara muslimin. Umat Islam di
seluruh dunia menghadap kiblat yang sama, yaitu Ka’bah. Hal ini akan membawa
dampak psikologis yaitu persatuan, kesatuan, dan kebersamaan umat. Contoh lain
adalah pada shalat berjamaah, setiap makmum mempunyai kewajiban mengikuti
gerakan imam, sedangkan apabila imam melakukan kesalahan, maka makmum
mengingatkan. Sehingga akan timbul diantara jama’ah rasa kebersamaan,
persatuan, persaudaraan dan kepemimpinan.
SUJUD TAMBAH KECERDASAN
Disamping mengandung hikmah secara
moral seperti diuraikan di atas, shalat juga mengandung hikmah secara fisik.
Banyak ahli-ahli (sarjana) kedokteran termasyhur membuktikan manfaat shalat
terhadap kesehatan. Berikut studi pembuktiannya, dimulai dari bersedekap
setelah takbirotul ihrom, meletakkan telapak tangan kanan di atas
pergelangan tangan kiri merupakan istirahat yang paling sempurna bagi kedua
tangan. Sikap seperti ini memudahkan aliran darah mengalir kembali ke jantung,
serta memproduksi getah bening dan air jaringan dari persendian tangan menjadi
lebih baik sehingga gerakan di dalam persendian akan menjadi lancar. Hal ini
menghindari timbulnya penyakit persendian seperti rheumatik. Sebagai contoh, orang
yang mengalami patah tangan, maka lengan penderita tersebut dilipatkan di atas
perut dengan mitella yang disangkutkan di leher.
Kedua, ruku’, membungkukkan badan dan meletakkan telapak
tangan di atas lutut sehingga punggung sejajar membentuk suatu garis lurus.
Sikap yang demikian ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang
sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak,
maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Selain itu, rukuk
merupakan latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat
Ketiga, I’tidal, yaitu bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak.
Variasi gerakan berdiri, ruku’, berdiri lagi, kemudian sujud merupakan latihan
pencernaan yang baik. Organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan
dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.
Keempat, sujud, Dengan sikap sujud ini maka dinding dari urat-urat
nadi yang berada di otak terlatih untuk menerima aliran darah yang lebih banyak
dari biasanya, karena otak pada waktu itu terletak di bawah. Latihan
semacam ini dapat menghindarkan mati mendadak akibat tekanan darah secara
tiba-tiba yang menyebabkan pecahnya urat nadi bagian otak karena emosi yang
berlebihan dan sebagainya.
Seorang dokter neurology asal
Amerika -yang akhirnya masuk Islam- menemukan, di dalam otak manusia terdapat
beberapa syaraf yang tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci dari otak
memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi sempurna. Tetapi ketika seseorang
sujud, darah dapat mengalir memasuki urat syaraf tersebut. Urat ini memerlukan
darah pada saat-saat tertentu saja. Artinya kebutuhan ini terpenuhi hanya pada
waktu shalat.
Posisi sujud juga mengalirkan darah
kaya oksigen secara maksimal dari jantung ke otak. Aliran ini berpengaruh pada
daya pikir seseorang. Dengan kata lain, sujud yang tuma’ninah dan
kontinyu dapat memacu kecerdasan. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah,
jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak.
Kelima, Duduk Iftirasy (tahiyat awal), posisi duduk
seperti ini menyebabkan tumit menekan otot-otot pangkal paha. Pijitan tersebut
dapat menghindarkan penyakit saraf pangkal paha (neuralgia) yang menyebabkan
tidak dapat berjalan. Disamping itu, tumit menekan aliran kandung kemih,
kelenjar kelamin dan saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar,
postur ini bisa mencegah impotensi.
Dan yang terakhir, salam, Memutar
kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal. Hal ini sangat berguna untuk
relaksasi otot sekitar leher dan kepala, menyempurnakan aliran darah di kepala.
Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.
Satu lagi penelitian para ahli yang
menjawab rahasia di balik anjuran shalat Tahajjud. Cuaca di malam hari
yang biasanya dingin dan lembab menyebabkan banyak lemak jenuh melapisi
saraf kita hingga menjadi beku. Kalau tidak segera digerakkan, sistem pemanas
tubuh tidak aktif, saraf menjadi kaku, bahkan kolesterol dan asam urat merubah
menjadi pengapuran. Tidur di kasur yang empuk akan menyebabkan urat syaraf yang
mengatur tekanan ke bola mata tidak mendapat tekanan yang cukup untuk
memulihkan posisi saraf mata kita. Jadi, dengan shalat malam urat tidur kita
lebih terkendali.
Dari
sini dapat disimpulkan bahwa shalat disamping merupakan ibadah yang wajib dan
istimewa ternyata juga mengandung manfaat yang sangat besar bagi kesehatan,
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup umat manusia. Shalat adalah anugerah
terindah dari Allah bagi hamba beriman.
0 komentar:
Posting Komentar